jump to navigation

Surat Pendek dari Kota Malang Desember 6, 2011

Posted by NgajiMod in Tidak Dikategorikan.
1 comment so far

Alhamdulillah assholatu wassalamu ‘ala rosulillah wa’ala aalihi whoshobihi waman waalah.

Apa kabar penduduk Bangmod ?? wabil khusus mahasiswa Indonesia disana semoga senantiasa dalam lindunganNya, amin. Apa kabar juga buat Nik Som, Nik Jim, Pi Zaenab, Yi Tik (Takmir Masjid Istiqomah) ?? sampaikan salam kami juga pada mereka.

Setelah lama vakum nulis di blog NgajiMod, kemarin lihat Fadhil Posting ttg bahaya Ghibah dan Namimah di blog NgajiMod, Alhamdulillah akhirnya jadi ketularan untuk mosting lagi… :), karenanya kami undang temen2 yang lain untuk nulis juga biar blog kita semakin rame dan penuh dengan informasi yg bermanfaat. Tema-tema kabar terbaru ttg kehidupan di Bangkok mungkin akan sangat menarik.

Kami disini berdoa buat-temen-temen semua semoga dimudahkan studinya dan bisa cepet kembali ke tanah, berkumpul dengan keluarga dan menempuh kehidupan yang semakin baik insya Allah.

Semoga kita disini dan temen2 disana juga tetap istiqomah di jalan Alloh, semakin semangat untuk beribadah kepadaNya dan semakin menjauh dari larangan-laranganNya. Semoga NgajiMod semakin bertambah seru dan penuh dengan mutiara ilmu, tentu saja ilmu yang nantinya akan diamalkan dan didakwahkan kepada yang lain, sehingga insya Alloh kita semua akan menjadi hamba Alloh yang tidak merugi, orang yang senantiasa…. “BERIMAN, BERAMAL SHOLEH, SALING MENASEHATI DALAM KEBENARAN, DAN SABAR ATAS ITU SEMUA“

sebagaimana firmanNya:

Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i rahimahullah menegaskan tentang kedudukan surat Al ‘Ashr, beliau berkata:

لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ

“Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)

Al Imam Ath Thabrani rahimahullah menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Jika dua shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu maka keduanya tidak akan berpisah kecuali setelah salah satu darinya membacakan kepada yang lainnya surat Al ‘Ashr hingga selesai, kemudian memberikan salam.” (Al Mu’jamu Al Ausath no: 5097, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 2648).

Tetap semangat dan ISTIQOMAH kawan !!!

Ghibah dan Namimah Desember 5, 2011

Posted by NgajiMod in Tidak Dikategorikan.
Tags: , , ,
1 comment so far

Ghibah dan namimah merupakan perbuatan yang sering kali menggelincirkan kaum muslimin. Hal ini dikarenakan kedua perbuatan ini sering terjadi tanpa kita sadari. Semoga artikel ini mengingatkan kita kembali mengenai apa itu ghibah dan namimah.

Ghibah

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (11). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya (12).
[QS. Al Hujurat:11 – 12]
 
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: ”Tahukah kamu apa ghibah itu?” Para sahabat menjawab:”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Nabi bersabda: ”Kamu menyampaikan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”. Lalu Rasul ditanya: ”Bagaimana jika yang saya sampaikan itu merupakan (kenyataan) yang terjadi pada diri saudaraku itu?” Nabi Saw bersabda: ”Jika yang kamu sampaikan itu benar terjadi pada saudaramu, berarti kamu telah menggunjingnya. Jika tidak terjadi pada dirinya, berarti kamu telah berbuat dusta kepadanya.
[HR. Muslim]

Ghibah adalah Anda menceritakan tentang sesuatu yang dibenci oleh seseorang untuk diceritakan, baik berkaitan dengan bentuk fisik, agama, dunia, kejiwaan, budi pekerti, harta, anak, suami, istri, pembantu, pelayan, pakaian, cara berjalan, cara bergerak, senyuman, kecemberutan, dan lain sebagainya. Apakah Anda menceritakannya lewat lisan, tulisan, atau sekadar isyarat dengan mata, tangan, kepala, dan sejenisnya.

Berkaitan dengan fisik, seperti kata-kata Anda: buta, pincang, pincang sebelah, botak, pendek, tinggi, hitam, kuning, dan seterusnya. Berkaitan dengan agama seperti kata-kata Anda: pendosa, pencuri, khianat, zhalim, meremehkan shalat, meremehkan najis, tidak berbakti kepada orangtua, tidak meletakkan zakat pada tempatnya, tidak menjauhi ghibah, dan lainnya.

Dalam hal dunia seseorang seperti kata-kata Anda: kurang ajar, meremehkan orang lain, meremehkan hak orang lain, banyak omong, banyak makan, banyak tidur, tidur tidak pada waktu-nya, duduk tidak pada tempatnya. Pada hal-hal yang berkaitan dengan orangtuanya, seperti kata-kata Anda: bapaknya adalah pendosa, orang kulit hitam, pekerja kasar, dan sebagainya.

Pada budi pekerti seperti Anda katakan: akhlaknya buruk, sombong, suka cari perhatian, suka bikin malu, bengis, lemah, penakut, suka ngawur, angkuh, dan seterusnya. Berkaitan dengan pakaian, seperti kata-kata Anda: lebar lobang tangannya, panjang buntut pakaiannya, kotor pakaiannya, dan seterusnya. Pokoknya yang menjadi pedoman adalah menceritakan tentang keadaan orang lain yang keadaan tersebut tidak dia sukai. Imam Abu Hamid al-Ghazali telah mengutip kesepakatan seluruh kaum muslimin, bahwa ghibah adalah apabila Anda menceritakan tentang orang lain dengan cerita yang tidak disukainya.

Ada beberapa jenis ghibah yabg diperbolehkan dengan maksud untuk mencapai tujuan benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan ghibah.
Ghibah yang diperbolehkan tersebut sbb:

  1. Melaporkan perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.
  2. Usaha untuk mengubah kemungkaran dan membantu seseorang keluar dari perbuatan maksiat
  3. Ghibah untuk tujuan meminta nasehat.

Sebab-sebab terjadinya perbuatan Ghibah antara lain:

  1. Karena dendam dalam hati.
  2. Ingin menunjukkan kelebihan dirinya dengan menyebutkan aib atau kekurangan orang lain.
  3. Rasa dengki atas kesuksesan yang telah dicapai orang lain
  4. Sebagai perlampiasan rasa marah.
  5. Karena ingin menarik perhatian orang lain.
  6. Sengaja untuk menghina dan menjelekkan orang lain.

Contoh-contoh perilaku Ghibah

  1. Membicarakan keburukan orang lain melalui lisan, seperti teman, tetangga.
  2. Membicarakan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.
  3. Membicarakan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan

Bahaya sifat Ghibah

  1. Menimbulkan kedengkian dan permusuhan
  2. Menjatuhkan nama baik seseorang.
  3. Merusak persatuan dan persaudaraan.
  4. Merusak iman.
  5. Menghapus amal kebaikan

Menghindari Perilaku Ghibah

Beberapa hal yang harus dilakukan supaya dapat terhindar dari perilaku Ghibah:

  1. Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah.
  2. Selalu mengingat bahwa amal kebaikan akan pindah kepada orang yang digunjingkannya.
  3. Hendaklah orang yang melakukan ghibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
  4. Menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya ghibah.
  5. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan ghibah.

Namimah

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
[QS. Al Hujurat:10]
 
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina(10), yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah(11), yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa (12), yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya (13),karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak (14).
[QS. Al Qalam:10-14]
 
Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (menebar fitnah)
[HR. Bukhari dan Muslim]
 

Imam Abu Hamid al-Ghazali rahimahullâh mengatakan, “Namimah biasanya dipakai untuk menyebutkan aktivitas seseorang dalam memindahkan suatu perkataan dari satu orang atau kelompok kepada orang lain atau kelompok lain, seperti jika Anda katakan kepada seseorang, ‘Ketahuilah bahwa si fulan mengatakan demikian dan demikian tentang kamu.’

Tetapi, namimah tidak hanya terbatas pada hal seperti itu. Definisi namimah adalah mengemukakan apa yang tidak disukai kedua belah pihak atau bahkan orang ketiga. Mengemukakannya bisa secara lisan, tulisan, isyarat, atau lainnya. Yang dipindahkan bisa perkataan atau perbuatan, bisa aib ataupun bukan. Sehingga hakikat namimah adalah mengemukakan apa yang dirahasiakan, menyingkap tabir dari apa yang tidak disukai untuk dikemukakan.

Contoh-contoh perilaku Namimah

  1. Mempunyai maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu domba.
  2. Terlalu mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
  3. Suka menggosip
  4. Menjadi provokator.

Bahaya Memiliki Sifat Namimah

  1. Tersebarnya fitnah.
  2. Timbulnya kekacauan dalam masyarakat.
  3. Timbulnya permusuhan
  4. Cara Menghindari Perilaku Namimah

Beberapa hal yang harus dilakukan supaya dapat terhindar dari perilaku namimah:

  1. Menyadari bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin beribadah.
  2. Jangan mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang lain.
  3. Menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip dll.

Sumber:
http://motivasinet.files.wordpress.com/2011/05/6-perilaku-tercela.pdf
http://www.embunpublishing.com/buletin-embun/bahaya-ghibah-dan-namimah.php